Minggu, 07 April 2013

Renungan Kecil

Dan telah lama saya terdiam....Merenungi takdir diri ini. Apakah diri saya pantas disebut seorang yang periang kawan?? Sedang dalam setiap detik waktu yang berjalan saya hanya berontak dengan takdir
Sekian lama saya berusaha mencari bahagia....saya tak kunjung menemukan yang sejati. Mungkin hanya soal waktu tapi saya serasa sudah tak kuat menanggung segala emosi dalam diri.
Saya merasa iri saat melihat mereka yang bisa tertawa lepas. Menemukan bahagia diri mereka, menemukan apa yang mereka cari, beriringan menuju masa depan bersama "dia" yang setia mendukung dan memberi semangat dalam tiap usaha
Yang saya nanti hanyalah satu hari "bahagia"






“Apa yang sedang kamu
pikirkan?”
“Ada jutaan. Kau mau aku
menyebutkannya satu-satu,
sementara kau bisa melihat apa
yang aku pikirkan sekaligus
dengan hanya tetap menatap
mataku?”
“Haha.. Baiklah.”
“Dasar iseng!”
“Hei, karena aku agak sedikit
tegang.”
“Aku juga.”
“Ayo bicara yang ringan-
ringan!”
“Contohnya?”
“Gaunmu bagus. Indah sekali.”
“Katanya, kau lebih suka
melihatku tanpa sehelai benang
pun?”
“Tidak di sini, Cantik!”
“Kalau begitu, jangan padamkan
kesabaranmu!”
“Tentu.”
“Tapi awas kakimu!”
“Iya. Eratkan tanganmu juga!”
“Hehehe.. Iya.”
“Ini sangat emosional.”
“Laki-lakiku, jangan bilang kau
akan menangis?”
“Sebentar lagi!”
“Hahaha.. Aku dari tadi.”
“Kau khan cengeng!”
“Aku hanya terlalu sanggup
untuk bahagia di hari ini.”
“Ya. Hari ini adalah hari yang
akan kusyukuri setiap hari.”
“Ya, Tuhan..”
“Kenapa?”
“Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu.”
“Tapi aku mencintaimu.”
“Karena aku mencintaimu.”
“Aku sangat mencintaimu.”
“Aku sungguh mencintaimu.”
“Aku akan tetap mencintaimu.”
“Setiap hari adalah
mencintaimu.”
“Setiap detik aku
mencintaimu.”
“Di manapun aku, aku
mencintaimu.”
“Walaupun kesusahan datang,
aku tetap mencintaimu.”
“Dan aku akan selalu mampu
mencintaimu.”
“Demikianlah aku bersyukur
telah mencintaimu.”
“Aku memuji Tuhan karena aku
mencintaimu.”
“Aku berdoa karena aku
mencintaimu.”
“Aku memelukmu sekarang,
karena aku mencintaimu.”
Aku melihatmu sekarang, di saat
aku mencintaimu.”
“Debar jantungku adalah karena
aku mencintaimu.”
“Aku menari sambil
mencintaimu.”
“Malaikat berdansa, iringan aku
mencintaimu.”
“Istriku, aku mencintaimu.”
“Suamiku, aku juga
mencintaimu!”
Akhirnya selesai sudah lantunan
syahdu yang mengiring dansa
mereka dan seluruh hadirin
menjadi haru dan bertepuk
tangan. Lalu kedua mempelai
kembali ke pelaminan sambil
saling bergandengan setelah
sudah menerima tantangan,
berdansa berdua di tengah para
undangan. Acara resepsi terus
berlanjut..